Diseminasi Hasil Kajian Kolaborasi Rantai Nilai Komoditas Sutera Sulawesi Selatan

 Kegiatan 482

Diseminasi Hasil Kajian Kolaborasi Rantai Nilai Komoditas Sutera Sulawesi Selatan dilaksanakan oleh Bappelitbangda Prov. Sulsel di Ruang Rapat Pimpinan Kantor Bupati Wajo pada Kamis 7 Oktober 2021, yang difasilitasi oleh Bappelitbangda Kab. Wajo. Diseminasi ini digelar di Kabupaten Wajo sebagai salah satu kabupaten inti penopang industri sutera Sulawesi Selatan.

Acara tersebut merupakan upaya penyebarluasan hasil kajian kolaborasi rantai nilai komoditas sutera Sulawesi Selatan yang pengkajiannya dilakukan oleh Bappelitbangda Provinsi Sulawesi Selatan dan Yayasan BaKTI. Diseminasi bertujuan agar para pihak mendapatkan informasi mengenai situasi terkini industri sutra Sulawesi Selatan serta meminta dukungan dan agenda bersama para pihak dalam upaya mengembalikan kejayaan sutera di Sulawesi Selatan.

Hasil kajian rantai nilai komoditas sutra Sulawesi Selatan menunjukkan kompleksitas isu pada setiap rangkaian utama rantai nilainya. Di sektor hulu, masalah utama adalah ketergantungan tinggi pada impor telur ulat sutra, dengan kualitas produksi yang inkonsisten. Diperparah dengan berkembangnya budidaya tanaman pertanian, tanaman pangan dan hortikultura dengan penggunaan pestisida kimia yang merupakan musuh alami ulat sutra, sehingga menyebabkan ulat sutra gagal mengokon (produksi). Situasi ini menyebabkan pelaku di sektor hulu beralih profesi dan tidak lagi menanam murbei dan memelihara ulat sutra.

Pada sektor manufaktur, tantangannya adalah kualitas benang rendah dan alat produksi belum beradaptasi dengan perkembangan dan kebutuhan industri tekstil modern. Tantangan lainnya adalah potensi hilangnya tradisi panjang dalam sejarah tenun Sulawesi Selatan, akibat upah penenun yang rendah, sehingga mereka terpaksa mencari nafkah di bidang lain. Ini menyebabkan generasi muda tidak tertarik menenun dan orang tua cenderung menghindari anak-anak perempuannya menjadi penenun sutra.

Di sektor hilir, konsumen tidak dapat membedakan jenis produk sutra asli dan produk campuran (polyester dan viscose) dan cenderung memilih produk yang lebih ekonomis.

Kepala Subbidang Inovasi dan Pemanfaatan Teknologi Bappelitbangda Prov. Sulsel, Dermayana Arsal, menambahkan bahwa kajian rantai nilai komoditas sutra ini yang telah dilakukan sejak Oktober 2020 kini membutuhkan aksi dan komitmen bersama oleh para pengambil kebijakan.

Turut hadir pada diseminasi ini Sekretaris Dinas Perindustrian Prov. Sulsel, para pejabat Bappelitbangda Prov. Sulsel dan Yayasan BaKTI. Selain itu, acara ini turut dihadiri oleh OPD terkait pada Pemkab Wajo, kelompok tani sutera, pelaku usaha sutera dan BNI Cabang Sengkang. Pelaku industri sutera merespon hasil kajian dengan harapan ada aksi nyata, komitmen dan keberpihakan dalam mengatasi tantangan yang selama ini menghambat kemajuan industri sutera (Asriani/Risal)

Apakah informasi di atas cukup membantu?